TakoBlogReaLity

 
visitor
chat

ShoutMix chat widget
time
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
INFO KULINER "Warung Bakso Arjo Kipu Klaten"
Senin, 05 September 2011

KOMPAS.com - Jika ada rencana ke Yogya dan sekitarnya pada liburan akhir tahun ini, jangan lupa mampir ke warung soto Pak Kipu di Dusun Nyanan, Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten. Saat udara panas terik di penghujung Desember ini, minum es gosrok yang segar manis tentu akan membuat kerongkongan jadi mak cles.

Warung soto almarhum Pak Kipu sudah berdiri sejak 1970-an, dan kini diteruskan Bu Tarjo, salah satu anaknya. Lokasinya yang berada di pertengahan perjalanan antara Klaten ke Bayat membuat warung Pak Kipu sangat pas bagi para pelajar penglaju bersepeda ketika itu.

Untuk diketahui, pada era 1960 sampai pertengahan hingga akhir 1980-an masih sangat banyak pelajar dari berbagai daerah di Klaten, termasuk dari Bayat, biasa berangkat dan pulang sekolah di Klaten dengan menggenjot sepeda ontel. Dan, menggenjot ontel di tengah hari yang terik tentu saja membuat lapar dan haus.

Sesuai kantong pelajar yang umumnya lepek alias tipis, warung-warung desa yang menjual soto murah dan es tentu adalah pilihannya. Dan warung Pak Kipu menjadi pilihan, selain beberapa warung sejenis di sekitar Jimbung, Nyanan, dan Ngabetan.

Warung Pak Kipu lebih menjadi pilihan karena termasuk paling besar ketika itu. Maka, jadilah warung itu menjadi semacam titik temu bagi para penglaju untuk meneruskan perjalanan pulang dari sekolah.

Juga sering menjadi tempat janjian bagi pelajar sesama penglaju yang sedang saling jatuh cinta. Model pacaran ketika itu tentu saja tak sama dengan sekarang. Bisa bersepeda beriringan sepanjang perjalanan saja sudah ser-seran. Apalagi sampai bisa berboncengan, wuihhhh... rasanya sangatlah membanggakan. Ledekan atau suit-suitan teman sesama penglaju menambah dada ini makin penuh saja rasanya!

Meski zaman telah berubah, bus dan motor menjadi sarana transportasi utama para pelajar sekarang, penglaju bersepeda sudah tak ada, namun warung Pak Kipu yang kini dikelola Bu Tarjo tetap tegak berdiri.

Pengunjungnya bukan hanya penglaju bersepeda motor, tetapi juga para pegawai yang mungkin pada masa mudanya sering mampir di warung itu juga.

"Kathah lho Pak ingkang saking Jakarta ugi," kata Bu Tarjo ketika saya mampir ke warung itu, Rabu (23/12/2009). Maksudnya, banyak mantan pelanggannya yang kini sudah tinggal di Jakarta selalu mampir jajan di warungnya setiap kali pulang ke kampungnya. Mengenang masa-masa susah waktu sekolah tampaknya.

Tak berubah

Sepanjang ingatan saya, selama 36 tahun mengenalnya, tak ada yang berubah dari warung itu. Baik fisik bangunannya maupun penataan bangku-bangku dan penempatan bahan-bahan masakan, hingga cat tembok, jendela dan pintunya.

Yang juga lebih penting adalah rasa masakan dan minuman serta rujaknya yang tetap seperti dulu. Segar dan mak nyus tenan!

Soto, misalnya, tetap disajikan dengan kuah bening dan panas sekali sehingga terasa segarnya ketika disantap. Isinya tak terlalu ramai, hanya sedikit suun, beberapa suwir daging ayam kampung, dan beberapa lembar irisan kol.

"Resepipun nggih biasa kok Bu," kata Bu Tarjo ketika istri saya bertanya tentang cara membuat kuah soto tetap bening.

Katanya, bumbunya hanyalah bawang putih, merica, dan garam plus kaldu ayam kemasan yang banyak dijual di pasar. "Yang tidak boleh ketinggalan adalah tulang kaki sapi," kata Bu Tarjo dengan bahasa Jawanya.

Untuk es gosrok, isinya hanyalah sedikit cendol beras dan kelapa muda yang diguyur kuah santan matang dan sirop gula pasir atau gula Jawa sekitar tiga perempat gelas. Selanjutnya ke dalam adonan itu diparutkan es batu sampai munjung.

Untuk rujak, bumbunya juga sederhana, sama dengan di tempat lain. Yakni sedikit kencur, gula merah, dan cabe. Sedangkan buahya berupa timun, nanas, bengkuang, dondong, dan mangga kueni diparut lalu diaduk-aduk di atad layah agar bumbunya tercampur merata.

Setelah itu rujak itu dipindahkan ke atas lepek-lepek kecil dan kemudian diseruti es batu. Jadilah rujak serut yang pedas-pedas dingin dan seger.

"Biasanya masih ditambah buah pepaya, tapi sekarang lagi susah. Dan ini yang penting, kueni harus selalu ada biar sedep," kata Bu Tarjo tentang resep rujaknya.

Murah meriah

Seperti warung-warung makan sederhana di desa-desa Jawa, harga makanan dan minuman di tempat ini tak bakal menguras kocek.

Untuk satu porsi soto plus nasi yang cukup membuat kenyang misalnya, harganya cuma Rp 3.500, satu porsi rujak hanya Rp 3.000, satu gelas besar es gosrok Rp 2.500.

Bagi yang suka ngemil, di warung itu juga tersedia berbagai penganan yang dari dulu juga tak berubah. Ada bakwan, tahu gimbal, tahu susur, tahu pong, tahu tempe bacem, sampai kerupuk karak gendar yang sangat gurih. (M Suprihadi)
posted by Nanang Hariyanto @ 15.05  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
About Me

Name: Nanang Hariyanto
Home: KLATEN, Indonesia
About Me: Leazy but jenious ^^
See my complete profile
Previous Post
Archives
Powered by

BLOGGER

© 2005 TakoBlogReaLity Blogger Templates by Isnaini and Cool Cars Pictures